Kamis, 16 Februari 2023

Menjadi Trader atau Investor?

 

 “The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator." 

Ben Graham

 

Saat memberanikan diri masuk ke pasar modal, pemodal dihadapkan pada tujuan mengembangbiakkan uangnya: trading, investasi, atau keduanya? Menentukan pilihan ini adalah penting, karena akan menentukan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis saham apa yang sebaiknya dibeli atau dijual dan kapan saat yang tepat untuk mengeksekusinya.

Secara umum, terdapat dua pendekatan yang dapat dipakai untuk menganalisis saham yaitu analisis fundamental dan teknikal. Investasi saham akan banyak berhubungan dengan analisis fundamental, sedangkan trading lebih banyak menggunakan analisis teknikal. Investor menjadikan pasar modal sebagai tempat berinvestasi dalam jangka panjang, sedangkan Trader menjadikannya sebagai ‘tempat bermain’ untuk memetik keuntungan dalam jangka pendek.

 

Trader dan Pendekatan Teknikal

Trader yang berorientasi jangka pendek akan menggunakan analisis teknikal untuk membeli atau menjual saham. Trader percaya bahwa harga saham yang ada di pasar sudah merefleksikan semua informasi yang relevan. Beragam indikator akan digunakan sebagai alat untuk membidik saham sekaligus menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual.

Dalam melakukan ‘pengideraaan’, terdapat beberapa asumsi yang dipakai dalam technical analysis diantaranya adalah sebagai berikut:

  • All market fundamentals are depicted in the actual market data. Harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh faktor yang ada di pasar. 
  • History repeats itself. Perilaku para investor di masa lalu yang terjadi secara berulang-ulang dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku di masa yang akan datang. 
  • Prices move in trends. Para Analisis Teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi. Harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut untuk beberapa saat.

Analisis teknikal adalah pendekatan untuk memperkirakan arah harga melalui data historis seperti harga dan volume. Technical analysis juga dapat diartikan sebagai suatu studi dan seni yang dipakai untuk mengindera kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart hasil perhitungan matematik. Ya, indikator yang muncul di layar dalam bentuk visual sebenarnya berasal dari hasil perhitungan suatu formula. Analis teknikal mengandalkan tampilan indikator yang ada di layar komputer atau aplikasi untuk mengambil posisi beli atau jual.  Dari pengertian tersebut, bisa dilihat bahwa terdapat dua jenis alat yang dapat dipakai dalam technical analysis, yaitu charting dan quantitative model (Hidayat, 2004).

Charting

Jika dikaitkan dengan harga yang terbentuk di pasar, chart dapat diartikan sebagai gambaran ulah para pelaku pasar dalam melakukan aktivitas jual-beli yang digambarkan dalam bentuk grafik. Chart yang banyak dipergunakan adalah Candlestick. Candlestick Chart sering disebut dengan Japanese Candles dikarenakan pernah digunakan orang Jepang untuk menganalisa harga kontrak padi. Setiap candle menunjukkan harga tertinggi, terendah, pembukaan, dan penutupan dari suatu saham pada periode waktu tertentu.

Gambaran tentang harga pasar saham tertinggi, terendah, pembukaan dan penutupan pada candlestick dapat dilihat melalui video ini. 

 


Quantitative Model

Analisis teknikal menggunakan hasil dari model dan persamaan matematis untuk kemudian ‘dituangkan’ dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian akan menjadi indikator teknikal (technical indicators) untuk memprediksi harga dan pasar. Jadi, indikator yang muncul adalah hasil dari perhitungan matematis yang diterapkan pada harga saham dan atau volume perdagangan.

Analisis fundamental adalah metode untuk menghitung nilai suatu saham dengan menganalisis faktor makro ekonomi, industri dan keuangan perusahaan. Analis fundamental mempelajari segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nilai saham, mulai dari faktor ekonomi makro seperti kondisi ekonomi makro dan industri hingga faktor ekonomi mikro seperti efektivitas manajemen perusahaan.

Fundamental analysis mempelajari the causes of market movements, sedangkan technical analysis mempelajari the effect of market movements. Jika kita menganalogikan pasar modal sebagai sebuah jam dinding yang besar, fundamental adalah ibarat roda gigi dan per yang menggerakkan jarum jam. Analis teknikal yang melihat jam tersebut dapat mengatakan jam berapa sekarang, namun hanya fundamentalis yang dapat menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Berbeda dengan analisis teknikal, analisis fundamental berorientasi jangka panjang. Ibarat seseorang yang ingin memilih pendamping hidup untuk selama hidupnya, ia harus benar-benar memperhatikan watak dan sifat calon pasangannya – tidak sekedar penampilan luarnya yang menarik. Seorang fundamentalis membeli saham ibarat memilih pasangan hidup yang benar-benar baik untuk semasa hidupnya --  berorientasi jangka panjang dan tidak untuk sesaat. Itulah mengapa pendekatan fundamental biasanya dipakai oleh investor yang memiliki horison waktu investasi yang panjang (Hidayat, 2010a).

Dengan mengetahui persis siapa calon ‘pendamping hidupnya,’ ia tidak akan banyak terpengaruh dengan isu dan rumor yang mungkin saja berpengaruh terhadap harga saham tersebut. Ia akan merasa ‘sayang’ untuk melepas saham tersebut karena yakin kinerja dan prospeknya akan semakin baik di masa yang akan datang.  Kendati pun terjadi pergerakan harga yang cukup signifikan, ia benar-benar tahu apa yang menyebabkan harga bisa bergerak (the causes of market movements).

Filosofi ini berarti bahwa belilah saham suatu perusahaan dengan mengetahui betul kinerjanya, apa bisnisnya, siapa yang menjalankannya dan bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. Buy business, not shares – begitu saran Warren Buffett.

Berbeda dengan fundamentalis yang menggunakan laporan keuangan, trader menggunakan chart yang menampilkan pergerakan harga di layar.

Seseorang bisa memutuskan untuk menjadi investor, trader atau keduanya. Dalam praktiknya, kedua pendekatan ini banyak dilakukan melalui dua cara:

  1. Membuka rekening di dua perusahaan sekuritas. Rekening pertama digunakan untuk transaksi saham pilihan berdasar analisis fundamental atau untuk menampung saham-saham pilihan ‘layak koleksi’. Di rekening ini, transaksi lebih banyak dilakukan untuk pembelian saham berkinerja bagus karena memang bertujuan untuk menabung saham. Rekening kedua digunakan untuk transaksi saham berdasar analisis teknikal, buy dan sell untuk mencapatkan profit dalam jangka pendek.
  2.  Mengunakan pendekatan fundamental untuk memilih saham apa yang akan dibeli, dan menggunakan pendekatan teknikal untuk memutuskan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham.

 

Beragam Gaya Investasi

Sepanjang sejarah pasar, ada banyak pendekatan yang digunakan untuk berinvestasi. Selain teknikal dan fundamental, ada beberapa gaya investasi lain yang berada diantara kedua kutub tersebut. Beberapa gaya investasi tersebut adalah Story, Momentum, Growth, Income, Speculation, dan Value .

Pendekatan mana yang paling baik? Tidak ada. Meminjam petuah Abraham Lincoln:  semua gaya kadang menghasilkan uang, namun tidak ada gaya yang mampu menghasilkan uang sepanjang waktu. Setiap gaya menyarankan pendekatan yang berbeda terhadap pasar, penilaian perusahaan, dan penilaian saham.

Nah....buku ini membahas salah satu gaya investasi yaitu Value Investing. Dalam value investing, terdapat beberapa gaya yang ikut menjadi bagian yaitu Fundamental, Story, Growth, dan Income. Gaya investasi value investing, cocok untuk investor yang memiliki horison investasi jangka panjang, memiliki kesabaran mencari saham perusahaan bagus saat harganya murah dan mengambil posisi beli dan jual di saat yang tepat.

Sedikit tentang Investasi

 

 

“Rule No. 1: Never lose money. Rule No. 2: Never forget rule No.1”

– Warren Buffett 


Investasi adalah mengalokasikan uang pada suatu instrumen pada saat ini dengan harapan mendapatkan manfaat atau keuntungan dari instrumen tersebut di masa yang akan datang. Investasi adalah suatu pengorbanan, karena kita harus rela menunda kenikmatan (konsumsi) saat ini demi kenikmatan di kemudian hari.

Investasi pada dasarnya adalah memberikan uang kepada perusahaan, pemerintah, atau entitas lain dengan harapan dapat menghasilkan lebih banyak uang di masa depan dengan beragam tujuan: bekal pensiun, pendidikan anak, menikah (lagi) dan sebagainya. Menurut Ben Graham, investasi adalah tindakan yang melalui analisis menyeluruh, menjanjikan kemanan dana pokok dan memberikan keuntungan yang memadai. Jika tidak, maka disebut spekulasi.

Saat ini, ada banyak sekali instrumen yang bisa menjadi pilihan dan tujuan investasi seperti real asset, paper asset dan digital asset. Investasi di real asset dapat berbentuk tanah atau rumah, paper asset melalui kepemilikan saham dan digital asset dengan memiliki  cryptocurrency.

 

Menabung vs Investasi

Meski memiliki peluang untuk memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan menanamkan uang pada risk free asset seperti deposito, harus selalu diingat bahwa setiap investasi selalu mengandung risiko. Faktor risiko layak menjadi bahan pertimbangan karena karena investasi tidak hanya memberikan keuntungan, tapi juga bisa membuat uang yang sudah susah payah dikumpulkan menyisakan kerugian.

Dengan begitu, setiap pemodal yang memilih untuk mengembangbiakkan uangnya dengan berinvestasi di instrumen apa pun harus siap menanggung risiko terburuk.  Namun itu tidak berarti kita kemudian harus menghindar dari investasi karena akan selalu ada kesempatan untuk mereka yang mau belajar dan mengambil peluang.

Lalu apa bedanya dengan menabung? Menabung itu hampir tanpa risiko. Nasabah memiliki kepastian mendapatkan uang dari bunga atau bagi hasil dari uang yang ditabung.  

Investasi mengandung risiko. Akan selalu ada risiko yang melekat pada suatu instrumen investasi. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin tinggi risikonya, begitu juga sebaliknya. High risk, high return. Sebagai misal, saham lebih berisiko dibandingkan dengan obligasi. Saat membeli saham, kita bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan dari membeli obligasi. Namun, risiko memiliki saham juga jauh lebih besar dibandingkan dengan memiliki obligasi. Bitcoin juga bisa memberikan cuan lebih besar dibandingkan dengan saham. Namun, pergerakan harga Bitcoin juga bisa membawa malapetaka bagi pemiliknya.

Lalu apakah kita harus menghindar dari instrumen investasi berisiko tinggi? Tentu saja tidak. Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk memprediksi harga, memvaluasi perusahan, dan sebagainya. Beragam metode ini berguna sebagai navigasi investasi sehingga risiko investasi yang tinggi bisa dikelola dan direduksi.

Value investing yang dibahas dalam buku ini adalah salah satu metode yang bisa digunakan untuk membantu investor menilai saham. Saham yang dimaksud adalah saham perusahaan yang memiliki nilai intrinsik/ nilai wajar/ nilai teoritis yang lebih rendah dibandingkan harga pasar.    

 

Mau Investasi, Berapa Banyak?

Berbeda dengan menyimpan uang di deposito atau tabungan konvensional yang memberikan kepastian pendapatan berupa bunga, melakukan investasi itu mengandung risiko. Investasi tidak hanya bisa memberikan kepastian pendapatan atau keuntungan, namun juga bisa memberikan kerugian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah berapa banyak uang yang sebaiknya dialokasikan untuk investasi?

Jawabannya tergantung kepada dana menganggur (idle money) dan tingkat toleransi seseorang terhadap risiko.  Ambil contoh, Fulana punya banyak dana dari warisan mertua dan gaji yang lumayan sebagai karyawan. Bagi dia, berinvestasi dengan membeli saham sebesar Rp 10 juta itu semudah membalikkan telapak tangan. Seandainya saham yang ia beli harganya turun drastis akibat dampak virus Covid dan kehilangan hampir seluruh uangnya, hidupnya tidak akan merana. Bagi Fulana, kehilangan uang senilai sepuluh juta tidak akan membuat huru-hara di rumah tangganya.

Fulani, kondisinya berbeda dengan Fulana. Uang yang dimiliki adalah hasil dari bekerja membanting tulang. Fulani juga membeli saham senilai Rp 10 juta seperti yang dilakukan Fulana. Namun seandainya ia harus merugi dan kehilangan hampir seluruh uangnya dari saham yang ia beli, kondisi itu bisa memancing keributan dan menjadi petaka seumur hidup bagi rumah tangganya.

Fulana dan Fulani keduanya sama-sama berinvestasi dalam jumlah yang sama. Namun kondisi finansial dan kemampuan menanggung risiko keduanya tidak sama. Prinsipnya adalah, jangan mengalokasikan semua uang untuk investasi. Alokasikan uang untuk investasi yang seandainya harus merugi tidak akan membuat kehidupan pribadi atau rumah tangga menjadi limbung tak berdaya. Investasikan sebanyak uang yang kita mampu menanggung risikonya.

 

Pay Yourself First

Banyak diantara kita yang mengeluh tidak bisa menabung dengan alasan tidak ada lagi yang bisa ditabung karena pemasukan lebih kecil dari pengeluaran. Padahal, menabung adalah kunci untuk membuka pintu investasi.

Sebelum memulai investasi, alokasikan dana secara rutin untuk ditabung. Pay yourself first, bayarlah diri kita terlebih dahulu dengan menabung. Setelah dana terkumpul cukup, ambil sedikit bagian lalu mulailah dengan investasi yang bisa dimulai dengan modal yang relatif sedikit.  

Saat hasil investasi mulai tumbuh dan uang tabungan bertambah, pilih instrumen lain untuk dimasukkan dalam portofolio. Setelah kian membesar, gunakan sebagian idle money untuk berinvestasi pada instrumen yang berisiko namun juga punya peluang memberikan profit besar seperti saham. 

 

Mengapa Harus Sekarang?

Mengapa investasi harus dilakukan mulai sekarang?  Jika tidak segera dilakukan, kita akan berputar-putar dan terjebak lagi dalam aktivitas harian yang hanya akan menghabiskan waktu dan uang. Kita akan masih bekerja mencari uang untuk kemudian menghabiskannya di mall menyantap junk food, berburu smartphone, memborong midnight sale atau aktivitas tidak terencana yang lain.

Tidak ada sesuatu yang ingin diwujudkan sehingga kita tidak merasa perlu untuk melakukannya. Padahal, setiap hari yang kita tunda akan menimbulkan biaya penundaan yang kian lama kian mahal. Ibarat orang sakit, ongkos pengobatan akan lebih mahal ketimbang ongkos yang diperlukan untuk merawat kesehatan dengan berolah raga secara rutin.

Jadi, keluarlah sebentar dari zona kenyamanan dengan menukar kesenangan saat ini dengan cara hidup yang benar-benar direncanakan. Kita harus mulai menahan nafsu belanja yang tidak perlu, mengerem pemakaian kartu kredit, mengurangi frekuensi makan di luar rumah dan kebiasaan lain yang sebenarnya tidak perlu. Tidak nyaman memang, namun itulah yang harus dilakukan jika ingin memiliki masa depan. Setelah itu, jadikan investasi sebagai sebuah gaya hidup.


Senin, 06 Februari 2023

Financial Planning: Step by Step

 (Artikel sebelumnya: Tujuan dan Perencanaan Keuangan)


 

 

Ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam merencanakan keuangan pribadi maupun keluarga. Secara umum, perencanaan keuangan dimulai dengan menentukan tujuan keuangan, memeriksa kondisi keuangan, melaksanakan rencana dan evaluasi. 

Menentukan Tujuan Keuangan

Perencanaan keuangan dimulai dengan menentukan tujuan keuangan yang ingin dicapai.  Langkah yang perlu dilakukan adalah : tuliskan tujuan-tujuan keuangan yang ingin dicapai semisal menabung untuk pendidikan anak, membayar lunas semua hutang kartu kredit, membeli sepeda motor baru, dan sebagainya.

Setelah itu, pisahkan tujuan keuangan tersebut sesuai target jangka pendek, menengah dan panjang. Pada masing-masing periode target, urutkan tujuan keuangan yang ada sesuai dengan skala prioritas yang ingin dicapai. Skala prioritas ini penting karena dengan sumberdaya yang terbatas, pasti terdapat tujuan keuangan yang lebih penting dibandingkan dengan yang lain. Sebagai misal, jika melunasi hutang kartu kredit menjadi prioritas pertama, maka rencana untuk memiliki sepeda motor baru sebaiknya ditunda terlebih dahulu.

Berikut adalah beberapa contoh tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam jangka pendek, menengah dan panjang sesuai urutan prioritas.

 

Tujuan Keuangan

Jangka Pendek

  1. Melunasi tagihan kartu kredit sebesar Rp 5 juta
  2. Memiliki uang sebesar Rp 10 juta untuk membayar uang muka pembelian rumah tipe 45 di Dieng Indah Permai pada tangal 30 Desember tahun ini.
  3. Memiliki 100 lot saham Aneka Tambang.

Jangka Menengah

  1. Memiliki uang sebesar Rp 30 juta pada tanggal 1 Juli 2014 untuk sekolah di program magister.
  2. Membeli mobil baru senilai Rp 150 juta.

Jangka Panjang

  1. Memiliki uang di bank untuk biaya hidup saat pensiun minimal Rp 1 milyar pada tanggal  Januari 2030.
  2. Memiliki ruko senilai Rp 500 juta untuk disewakan di komplek Semarang Pesona Asia pada Februari 2030. 

 

Financial Check Up

Saat ingin bepergian ke suatu tempat, kita harus melihat dulu berapa uang yang tersedia di kantong sebelum memilih alat transportasi yang akan digunakan.  Perencanaan keuangan juga memerlukan gambaran kondisi keuangan yang ada saat ini sebelum memilih ‘kendaraan’ apa yang akan dipakai untuk mewujudkan tujuan keuangan tersebut.

Kondisi keuangan yang ada akan memberi gambaran apakah saat ini kita dalam posisi kelebihan atau kekurangan uang. Dengan begitu, bisa diperoleh gambaran dengan cara apa tujuan keuangan tersebut akan dicapai apakah dengan menabung, menjual harta yang tidak produktif, meminjam dari bank, dsb.

Financial net worth adalah barometer yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan finansial yang diperoleh dengan cara mengurangi financial asset dengan financial liabilities.

 financial asset -  financial liabilities = financial net worth

Financial asset adalah uang  atau suatu investasi yang dapat dikonversi ke dalam rupiah yang dapat digunakan untuk membeli sesuatu sekarang atau pada suatu saat nanti.  Sebagai misal adalah uang di bank, saham, obligasi atau reksadana. Pada intinya, financial asset  adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kekayaan. 

Jadi, rumah, kendaraan, perangkat audio dan barang-barang lain yang tidak menghasilkan pemasukan tidak termasuk dalam financial asset. Namun apabila rumah, kendaraan atau perangkat lain adalah ‘barang dagangan’ yang tidak untuk dinikmati namun untuk dijual atau disewakan sehingga bisa menghasilkan uang, maka termasuk dalam financial asset.

Financial liabilities adalah jumlah semua hutang yang saat ini masih menjadi kewajiban untuk dibayar seperti utang bank, total tagihan kartu kredit, sisa utang kredit rumah, dan sebagainya. 

 

I. Financial Asset

Jumlah

Uang di bank

 

Deposito

 

Obligasi

 

Ruko

 

Lain2

 

II.Financial Liabilities

 

Utang kartu kredit

 

Utang bank

 

Lain2

 

Financial net worth (I-II) =

 

 

Nah, sekarang perhatikan barang-barang yang kita miliki : lebih banyak berupa asset penghasil atau pengurang kekayaan ?  Disinilah sebenarnya kita bisa mulai menilai apakah tujuan keuangan yang dibuat realistis atau tidak. Lihat kembali tujuan keuangan yang sudah dibuat lalu sesuaikan dengan kondisi keuangan saat ini. Jika tidak realistis, lakukan revisi dengan memprioritaskan yang lebih mendesak untuk segera dilakukan. 

 

Tujuan Keuangan Awal

Tujuan Keuangan Baru

Membeli sepeda motor baru senilai Rp 15 juta.

Melunasi hutang kartu kredit senilai Rp 5 juta.

 

Sebagai contoh, jika lebih banyak kewajiban keuangan yang harus diselesaikan, maka tujuan keuangan yang sudah ada bisa diubah dengan memprioritaskan penuntasan kewajiban keuangan ketimbang membeli barang yang sebenarnya belum benar-benar dibutuhkan. Dengan bunga dan jumlah pinjaman yang besar, menunda pembayaran utang bisa memberi dampak ‘sistemik’ yang tidak sehat.

Take Action

Saatnya take action untuk melaksanakan rencana keuangan sesuai tujuan yang kita inginkan. Pada tahap ini, kita sudah harus memilih ‘kendaraan’ yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Jika kondisi finansial memungkinkan, mungkin kita bisa mencapai tujuan itu dengan cara menabung. Jika tidak, mungkin kita harus meminjam uang atau menjual harta yang tidak produktif.

Pada tahap ini kita sebenarnya sudah harus memiliki strategi untuk mewujudkan keinginan tersebut dengan berbagai cara yang bisa dilakukan.  Ilustrasi klasik yang sering digunakan dalam perencanaan keuangan adalah pertanyaan tentang bagaimana cara memakan gajah. Gajah tidak bisa kita makan sekali telan, namun perlu strategi dengan memakannya sepotong demi sepotong.

Take action untuk mewujudkan rencana tidak harus dilakukan dengan uang, namun bisa dengan melakukan sesuatu yang menghasilkan uang. Sebagai misal, kita bisa menambah uang yang ditabung setiap bulan dengan mencari pekerjaan lain seperti menjadi tenaga lepas, menjadi pemasar produk online, penulis buku, dsb. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah asset tidak produktif menjadi sesuatu yang menghasilkan misalnya mobil yang kita gunakan sehari-hari terkadang juga disewakan.

Tujuan Keuangan

Sumber Dana

Memiliki sepeda motor

Kredit sepeda motor dari perusahaan pembiayaan.

 

Membeli mobil baru

  • Menjual aset yang tidak produktif
  • Uang di tabungan
  • Utang bank

Sekedar catatan, mencapai tujuan keuangan dengan berutang sebaiknya tidak digunakan untuk membiayai tujuan keuangan jangka panjang. Hidup dalam kondisi harus terus membayar utang sampai saat umur menjadi uzur bukanlah tindakan bijak.

Evaluasi

Saat di tengah perjalanan, tidak ada salahnya berhenti sejenak untuk melihat kembali apakah jalur yang dilalui sudah benar, bahan bakar masih cukup dan tidak ada kerusakan yang berarti pada kendaraan yang kita tumpangi. Jika ada masalah, kita harus mencari tahu sumber masalah itu dan mencari solusinya.

Perencanaan keuangan juga perlu dievaluasi setiap saat untuk memastikan rencana berjalan seperti semula. Sebab terkadang, kita mengalami kejadian tidak terduga yang tidak bisa dihindari. Sebagai misal, rencana untuk menabung secara rutin setiap bulan tidak bisa dilakukan karena tiba-tiba ada anggota keluarga yang sakit. Agar rencana menabung tetap berjalan seperti semula, kita bisa mengambilnya dari pos lain yang tidak begitu penting dan menganggarkan pengeluaran untuk mengikuti program asuransi kesehatan di bulan depan.

Mengapa Harus Sekarang?

Inti ajaran dari financial planning yang sebenarnya bukanlah pengetahuan, namun berupa tindakan yang harus dilakukan sekarang untuk mewujudkan keinginan.  Mengapa harus sekarang ? 

Jika tidak dilakukan sekarang, kita akan berputar-putar dan terjebak lagi dalam aktivitas harian yang hanya akan menghabiskan waktu dan uang. Kita akan masih bekerja mencari uang untuk kemudian menghabiskannya di mall dengan menyantap junk food, berburu smartphone teranyar, memborong midnight sale atau aktivitas tidak terencana yang lain.

Tidak ada sesuatu yang ingin diwujudkan sehingga kita tidak merasa perlu untuk melakukannya. Padahal, setiap hari yang kita tunda akan menimbulkan biaya penundaan yang kian lama kian mahal. Ibarat orang sakit, ongkos pengobatan akan lebih mahal ketimbang ongkos yang diperlukan untuk merawat kesehatan dengan berolah raga secara rutin.

Jadi, keluarlah sebentar dari zona kenyamanan dengan menukar kesenangan saat ini dengan cara hidup yang benar-benar direncanakan. Kita harus mulai menahan nafsu belanja yang tidak perlu, mengerem pemakaian kartu kredit, mengurangi frekuensi makan di luar rumah, menambah uang tabungan, mencari side job, dan sebagainya. Tidak nyaman memang, namun itulah yang harus dilakukan jika ingin memiliki masa depan.