Kamis, 16 Februari 2023

Sedikit tentang Investasi

 

 

“Rule No. 1: Never lose money. Rule No. 2: Never forget rule No.1”

– Warren Buffett 


Investasi adalah mengalokasikan uang pada suatu instrumen pada saat ini dengan harapan mendapatkan manfaat atau keuntungan dari instrumen tersebut di masa yang akan datang. Investasi adalah suatu pengorbanan, karena kita harus rela menunda kenikmatan (konsumsi) saat ini demi kenikmatan di kemudian hari.

Investasi pada dasarnya adalah memberikan uang kepada perusahaan, pemerintah, atau entitas lain dengan harapan dapat menghasilkan lebih banyak uang di masa depan dengan beragam tujuan: bekal pensiun, pendidikan anak, menikah (lagi) dan sebagainya. Menurut Ben Graham, investasi adalah tindakan yang melalui analisis menyeluruh, menjanjikan kemanan dana pokok dan memberikan keuntungan yang memadai. Jika tidak, maka disebut spekulasi.

Saat ini, ada banyak sekali instrumen yang bisa menjadi pilihan dan tujuan investasi seperti real asset, paper asset dan digital asset. Investasi di real asset dapat berbentuk tanah atau rumah, paper asset melalui kepemilikan saham dan digital asset dengan memiliki  cryptocurrency.

 

Menabung vs Investasi

Meski memiliki peluang untuk memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan menanamkan uang pada risk free asset seperti deposito, harus selalu diingat bahwa setiap investasi selalu mengandung risiko. Faktor risiko layak menjadi bahan pertimbangan karena karena investasi tidak hanya memberikan keuntungan, tapi juga bisa membuat uang yang sudah susah payah dikumpulkan menyisakan kerugian.

Dengan begitu, setiap pemodal yang memilih untuk mengembangbiakkan uangnya dengan berinvestasi di instrumen apa pun harus siap menanggung risiko terburuk.  Namun itu tidak berarti kita kemudian harus menghindar dari investasi karena akan selalu ada kesempatan untuk mereka yang mau belajar dan mengambil peluang.

Lalu apa bedanya dengan menabung? Menabung itu hampir tanpa risiko. Nasabah memiliki kepastian mendapatkan uang dari bunga atau bagi hasil dari uang yang ditabung.  

Investasi mengandung risiko. Akan selalu ada risiko yang melekat pada suatu instrumen investasi. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin tinggi risikonya, begitu juga sebaliknya. High risk, high return. Sebagai misal, saham lebih berisiko dibandingkan dengan obligasi. Saat membeli saham, kita bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan dari membeli obligasi. Namun, risiko memiliki saham juga jauh lebih besar dibandingkan dengan memiliki obligasi. Bitcoin juga bisa memberikan cuan lebih besar dibandingkan dengan saham. Namun, pergerakan harga Bitcoin juga bisa membawa malapetaka bagi pemiliknya.

Lalu apakah kita harus menghindar dari instrumen investasi berisiko tinggi? Tentu saja tidak. Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk memprediksi harga, memvaluasi perusahan, dan sebagainya. Beragam metode ini berguna sebagai navigasi investasi sehingga risiko investasi yang tinggi bisa dikelola dan direduksi.

Value investing yang dibahas dalam buku ini adalah salah satu metode yang bisa digunakan untuk membantu investor menilai saham. Saham yang dimaksud adalah saham perusahaan yang memiliki nilai intrinsik/ nilai wajar/ nilai teoritis yang lebih rendah dibandingkan harga pasar.    

 

Mau Investasi, Berapa Banyak?

Berbeda dengan menyimpan uang di deposito atau tabungan konvensional yang memberikan kepastian pendapatan berupa bunga, melakukan investasi itu mengandung risiko. Investasi tidak hanya bisa memberikan kepastian pendapatan atau keuntungan, namun juga bisa memberikan kerugian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah berapa banyak uang yang sebaiknya dialokasikan untuk investasi?

Jawabannya tergantung kepada dana menganggur (idle money) dan tingkat toleransi seseorang terhadap risiko.  Ambil contoh, Fulana punya banyak dana dari warisan mertua dan gaji yang lumayan sebagai karyawan. Bagi dia, berinvestasi dengan membeli saham sebesar Rp 10 juta itu semudah membalikkan telapak tangan. Seandainya saham yang ia beli harganya turun drastis akibat dampak virus Covid dan kehilangan hampir seluruh uangnya, hidupnya tidak akan merana. Bagi Fulana, kehilangan uang senilai sepuluh juta tidak akan membuat huru-hara di rumah tangganya.

Fulani, kondisinya berbeda dengan Fulana. Uang yang dimiliki adalah hasil dari bekerja membanting tulang. Fulani juga membeli saham senilai Rp 10 juta seperti yang dilakukan Fulana. Namun seandainya ia harus merugi dan kehilangan hampir seluruh uangnya dari saham yang ia beli, kondisi itu bisa memancing keributan dan menjadi petaka seumur hidup bagi rumah tangganya.

Fulana dan Fulani keduanya sama-sama berinvestasi dalam jumlah yang sama. Namun kondisi finansial dan kemampuan menanggung risiko keduanya tidak sama. Prinsipnya adalah, jangan mengalokasikan semua uang untuk investasi. Alokasikan uang untuk investasi yang seandainya harus merugi tidak akan membuat kehidupan pribadi atau rumah tangga menjadi limbung tak berdaya. Investasikan sebanyak uang yang kita mampu menanggung risikonya.

 

Pay Yourself First

Banyak diantara kita yang mengeluh tidak bisa menabung dengan alasan tidak ada lagi yang bisa ditabung karena pemasukan lebih kecil dari pengeluaran. Padahal, menabung adalah kunci untuk membuka pintu investasi.

Sebelum memulai investasi, alokasikan dana secara rutin untuk ditabung. Pay yourself first, bayarlah diri kita terlebih dahulu dengan menabung. Setelah dana terkumpul cukup, ambil sedikit bagian lalu mulailah dengan investasi yang bisa dimulai dengan modal yang relatif sedikit.  

Saat hasil investasi mulai tumbuh dan uang tabungan bertambah, pilih instrumen lain untuk dimasukkan dalam portofolio. Setelah kian membesar, gunakan sebagian idle money untuk berinvestasi pada instrumen yang berisiko namun juga punya peluang memberikan profit besar seperti saham. 

 

Mengapa Harus Sekarang?

Mengapa investasi harus dilakukan mulai sekarang?  Jika tidak segera dilakukan, kita akan berputar-putar dan terjebak lagi dalam aktivitas harian yang hanya akan menghabiskan waktu dan uang. Kita akan masih bekerja mencari uang untuk kemudian menghabiskannya di mall menyantap junk food, berburu smartphone, memborong midnight sale atau aktivitas tidak terencana yang lain.

Tidak ada sesuatu yang ingin diwujudkan sehingga kita tidak merasa perlu untuk melakukannya. Padahal, setiap hari yang kita tunda akan menimbulkan biaya penundaan yang kian lama kian mahal. Ibarat orang sakit, ongkos pengobatan akan lebih mahal ketimbang ongkos yang diperlukan untuk merawat kesehatan dengan berolah raga secara rutin.

Jadi, keluarlah sebentar dari zona kenyamanan dengan menukar kesenangan saat ini dengan cara hidup yang benar-benar direncanakan. Kita harus mulai menahan nafsu belanja yang tidak perlu, mengerem pemakaian kartu kredit, mengurangi frekuensi makan di luar rumah dan kebiasaan lain yang sebenarnya tidak perlu. Tidak nyaman memang, namun itulah yang harus dilakukan jika ingin memiliki masa depan. Setelah itu, jadikan investasi sebagai sebuah gaya hidup.