Kamis, 16 Februari 2023

Menjadi Trader atau Investor?

 

 “The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator." 

Ben Graham

 

Saat memberanikan diri masuk ke pasar modal, pemodal dihadapkan pada tujuan mengembangbiakkan uangnya: trading, investasi, atau keduanya? Menentukan pilihan ini adalah penting, karena akan menentukan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis saham apa yang sebaiknya dibeli atau dijual dan kapan saat yang tepat untuk mengeksekusinya.

Secara umum, terdapat dua pendekatan yang dapat dipakai untuk menganalisis saham yaitu analisis fundamental dan teknikal. Investasi saham akan banyak berhubungan dengan analisis fundamental, sedangkan trading lebih banyak menggunakan analisis teknikal. Investor menjadikan pasar modal sebagai tempat berinvestasi dalam jangka panjang, sedangkan Trader menjadikannya sebagai ‘tempat bermain’ untuk memetik keuntungan dalam jangka pendek.

 

Trader dan Pendekatan Teknikal

Trader yang berorientasi jangka pendek akan menggunakan analisis teknikal untuk membeli atau menjual saham. Trader percaya bahwa harga saham yang ada di pasar sudah merefleksikan semua informasi yang relevan. Beragam indikator akan digunakan sebagai alat untuk membidik saham sekaligus menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual.

Dalam melakukan ‘pengideraaan’, terdapat beberapa asumsi yang dipakai dalam technical analysis diantaranya adalah sebagai berikut:

  • All market fundamentals are depicted in the actual market data. Harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh faktor yang ada di pasar. 
  • History repeats itself. Perilaku para investor di masa lalu yang terjadi secara berulang-ulang dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku di masa yang akan datang. 
  • Prices move in trends. Para Analisis Teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi. Harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut untuk beberapa saat.

Analisis teknikal adalah pendekatan untuk memperkirakan arah harga melalui data historis seperti harga dan volume. Technical analysis juga dapat diartikan sebagai suatu studi dan seni yang dipakai untuk mengindera kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart hasil perhitungan matematik. Ya, indikator yang muncul di layar dalam bentuk visual sebenarnya berasal dari hasil perhitungan suatu formula. Analis teknikal mengandalkan tampilan indikator yang ada di layar komputer atau aplikasi untuk mengambil posisi beli atau jual.  Dari pengertian tersebut, bisa dilihat bahwa terdapat dua jenis alat yang dapat dipakai dalam technical analysis, yaitu charting dan quantitative model (Hidayat, 2004).

Charting

Jika dikaitkan dengan harga yang terbentuk di pasar, chart dapat diartikan sebagai gambaran ulah para pelaku pasar dalam melakukan aktivitas jual-beli yang digambarkan dalam bentuk grafik. Chart yang banyak dipergunakan adalah Candlestick. Candlestick Chart sering disebut dengan Japanese Candles dikarenakan pernah digunakan orang Jepang untuk menganalisa harga kontrak padi. Setiap candle menunjukkan harga tertinggi, terendah, pembukaan, dan penutupan dari suatu saham pada periode waktu tertentu.

Gambaran tentang harga pasar saham tertinggi, terendah, pembukaan dan penutupan pada candlestick dapat dilihat melalui video ini. 

 


Quantitative Model

Analisis teknikal menggunakan hasil dari model dan persamaan matematis untuk kemudian ‘dituangkan’ dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian akan menjadi indikator teknikal (technical indicators) untuk memprediksi harga dan pasar. Jadi, indikator yang muncul adalah hasil dari perhitungan matematis yang diterapkan pada harga saham dan atau volume perdagangan.

Analisis fundamental adalah metode untuk menghitung nilai suatu saham dengan menganalisis faktor makro ekonomi, industri dan keuangan perusahaan. Analis fundamental mempelajari segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nilai saham, mulai dari faktor ekonomi makro seperti kondisi ekonomi makro dan industri hingga faktor ekonomi mikro seperti efektivitas manajemen perusahaan.

Fundamental analysis mempelajari the causes of market movements, sedangkan technical analysis mempelajari the effect of market movements. Jika kita menganalogikan pasar modal sebagai sebuah jam dinding yang besar, fundamental adalah ibarat roda gigi dan per yang menggerakkan jarum jam. Analis teknikal yang melihat jam tersebut dapat mengatakan jam berapa sekarang, namun hanya fundamentalis yang dapat menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Berbeda dengan analisis teknikal, analisis fundamental berorientasi jangka panjang. Ibarat seseorang yang ingin memilih pendamping hidup untuk selama hidupnya, ia harus benar-benar memperhatikan watak dan sifat calon pasangannya – tidak sekedar penampilan luarnya yang menarik. Seorang fundamentalis membeli saham ibarat memilih pasangan hidup yang benar-benar baik untuk semasa hidupnya --  berorientasi jangka panjang dan tidak untuk sesaat. Itulah mengapa pendekatan fundamental biasanya dipakai oleh investor yang memiliki horison waktu investasi yang panjang (Hidayat, 2010a).

Dengan mengetahui persis siapa calon ‘pendamping hidupnya,’ ia tidak akan banyak terpengaruh dengan isu dan rumor yang mungkin saja berpengaruh terhadap harga saham tersebut. Ia akan merasa ‘sayang’ untuk melepas saham tersebut karena yakin kinerja dan prospeknya akan semakin baik di masa yang akan datang.  Kendati pun terjadi pergerakan harga yang cukup signifikan, ia benar-benar tahu apa yang menyebabkan harga bisa bergerak (the causes of market movements).

Filosofi ini berarti bahwa belilah saham suatu perusahaan dengan mengetahui betul kinerjanya, apa bisnisnya, siapa yang menjalankannya dan bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. Buy business, not shares – begitu saran Warren Buffett.

Berbeda dengan fundamentalis yang menggunakan laporan keuangan, trader menggunakan chart yang menampilkan pergerakan harga di layar.

Seseorang bisa memutuskan untuk menjadi investor, trader atau keduanya. Dalam praktiknya, kedua pendekatan ini banyak dilakukan melalui dua cara:

  1. Membuka rekening di dua perusahaan sekuritas. Rekening pertama digunakan untuk transaksi saham pilihan berdasar analisis fundamental atau untuk menampung saham-saham pilihan ‘layak koleksi’. Di rekening ini, transaksi lebih banyak dilakukan untuk pembelian saham berkinerja bagus karena memang bertujuan untuk menabung saham. Rekening kedua digunakan untuk transaksi saham berdasar analisis teknikal, buy dan sell untuk mencapatkan profit dalam jangka pendek.
  2.  Mengunakan pendekatan fundamental untuk memilih saham apa yang akan dibeli, dan menggunakan pendekatan teknikal untuk memutuskan kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham.

 

Beragam Gaya Investasi

Sepanjang sejarah pasar, ada banyak pendekatan yang digunakan untuk berinvestasi. Selain teknikal dan fundamental, ada beberapa gaya investasi lain yang berada diantara kedua kutub tersebut. Beberapa gaya investasi tersebut adalah Story, Momentum, Growth, Income, Speculation, dan Value .

Pendekatan mana yang paling baik? Tidak ada. Meminjam petuah Abraham Lincoln:  semua gaya kadang menghasilkan uang, namun tidak ada gaya yang mampu menghasilkan uang sepanjang waktu. Setiap gaya menyarankan pendekatan yang berbeda terhadap pasar, penilaian perusahaan, dan penilaian saham.

Nah....buku ini membahas salah satu gaya investasi yaitu Value Investing. Dalam value investing, terdapat beberapa gaya yang ikut menjadi bagian yaitu Fundamental, Story, Growth, dan Income. Gaya investasi value investing, cocok untuk investor yang memiliki horison investasi jangka panjang, memiliki kesabaran mencari saham perusahaan bagus saat harganya murah dan mengambil posisi beli dan jual di saat yang tepat.